10 November merupakan salah satu dari hari bersejarah yang sangat
penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejak lebih dari setengah
abad yang lalu, tanggal 10 November telah dinyatakan oleh bangsa kita
sebagai Hari Pahlawan. Di zaman Sukarno-Hatta, hari itu diperingati
secara nasional sebagai Hari Besar yang dirayakan secara khidmat, dan
dengan rasa kebanggaan yang besar.
Peringatan Hari Pahlawan merupakan kesempatan bagi seluruh bangsa,
bukan saja untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang yang
tak terhitung jumlahnya demi memperjuangkan tegaknya Republik Indonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peringatan Hari
Pahlawan 10 November juga telah merupakan kesempatan yang baik untuk
selalu memupuk rasa kesadaran bangsa.
Saat ini, dalam tahun 2013, ketika negara dan bangsa kita memasuki
periode baru yang penuh dengan berbagai masalah dan krisis, ada baiknya
kita mengenang dan merenungi kembali arti Hari Pahlawan 10 November.
Dengan begitu, kita akan ingat kembali bahwa Republik Indonesia yang
sekarang ini adalah hasil perjuangan dalam jangka waktu yang lama dari
banyak orang yang terdiri dari berbagai suku, agama, keturunan ras, dan
berbagai macam pandangan politik. Dengan merenungkan, secara
dalam-dalam, berbagai tahap perjuangan bangsa itu, maka akan makin
jelaslah kiranya bagi kita semua, bahwa Republik Indonesia ini adalah
benar-benar milik kita bersama.
Taukah kalian bagaimana sejarah yang melatarbelakangi Hari Pahlawan????
Pada tanggal 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di pulau Jawa, dan
pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada
tanggal 8 Maret. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang. Dengan
dijatuhkannya bom atom di Jepang (Hiroshima dan Nagasaki) dalam bulan
Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, maka pada tanggal 15 Agustus 1945
Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada Sekutu.
Selama pendudukan Jepang, di tengah-tengah penderitaan rakyat yang
disebabkan oleh pendudukan tentara Jepang dan perang, di kalangan banyak
golongan lahir semangat anti-Barat atau anti-kolonialisme, di samping
perasaan anti-Jepang (terutama menjelang tahun 1945). Dalam rangka
persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan menghadapi Sekutu,
pemerintah Jepang telah menggunakan berbagai cara dan akal untuk
merangkul rakyat Indonesia, untuk menghadapi Sekutu. Peta (Pembela Tanah
Air) telah dibentuk, dan Jepang juga menjanjikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia. Pemimpin-pemimpin Indonesia (antara lain Sukarno,
Hatta dll) telah menggunakan berbagai kesempatan waktu itu untuk
menyusun kekuatan, demi cita-cita untuk kemerdekaan bangsa.
Dengan kekalahan Jepang menghadapi Sekutu, maka kemerdekaan bangsa
Indonesia telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus, yaitu ketika pasukan
pendudukan Jepang masih belum dilucuti oleh Sekutu. Sejak itulah
terjadi berbagai gerakan rakyat untuk melucuti senjata pasukan Jepang,
sehingga terjadi pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak
daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar,
tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta dan pada
tanggal 25 Oktober mendarat di Surabaya. Tentara Inggris didatangkan ke
Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk
melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang,
dan memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, di samping itu,
tentara Inggris juga memeliki tujuan rahasia untuk mengembalikan
Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.
Perkembangan sejak mendaratnya tentara Inngris di berbagai daerah di
Indonesia menunjukkan bahwa kehadirannya (atas nama Sekutu) itu telah
diboncengi oleh rencana pihak Belanda untuk menjajah kembali Indonesia.
Tentara Inggris (Sekutu) yang datang ke Indonesia juga mengikutkan NICA
(Netherlands Indies Civil Adminsitration). Kenyataan inilah yang
meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana. Di Surabaya,
dikibarkannya bendera Belanda Merah-Putih-Biru di hotel Yamato telah
melahirkan Insiden Tunjungan, yang menyulut berkobarnya
bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan
beraneka-ragam badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat. Singkatnya,
bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, makin
memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara
Inggris untuk Jawa Timur, pada tanggal 30 Oktober.
Karena terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby itu, maka penggantinya
(Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan
penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu
disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata
harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan
menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum
adalah jam 6 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia
waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan
Tentara Keamanan Rakyat sebagai alat negara juga telah dibentuk. Di
samping itu, banyak sekali organisasi-organisasi perjuangan telah
dilahirkan oleh beraneka-ragam golongan dalam masyarakat, termasuk di
kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah
muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang
masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya
kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris
di Indonesia).
Pada tanggal 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan
besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000
serdadu, 50 pesawat terbang dan sejumlah besar kapal perang. Berbagai
bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan
meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang
meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan
pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif
dari penduduk.
Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya
bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan
persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal
perang, tank dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak. Rupanya,
Tentara Keamanan Rakyat (yang kemudian menjadi TNI) dianggap enteng,
apalagi badan-badan perjuangan bersenjata (laskar-laskar dll) yang
banyak dibentuk oleh rakyat. Tetapi, diluar dugaan Inggris, ternyata
perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan
dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada permulaannya
dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin
teratur. Ternyata, pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai
sebulan, sebelum seluruh kota jatuh ditangan pihak Inggris.
Itulah perjalanan para pahlawan kita dalam mempertahankan NKRI. Kita patut bangga terhadap Para Pahlawan kita! MERDEKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar